Black’s Law Dictionary Fraud
menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan
manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua
cara yang tidak terduga, penuh siasat.
Terdapat beberapa teori yang
menjelaskan mengenai penyebab terjadinya fraud, diantaranya adalah :
1.
Fraud
Triangle
a. Opportunity
Kesempatan yaitu
peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang
disebabkan oleh kontrol yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses
informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling
menonjol di sini adalah dalam hal kontrol. Kontrol yang tidak baik akan memberi
peluang orang untuk melakukan kecurangan.
b. Pressure
Pressure(tekanan)
memiliki berbagai arti, di antaranya keadaan di mana kita merasa ditekan,
kondisi yang berat saat kita menghadapi kesulitan. Dari dua arti di atas, dapat dilihat bahwa pressure
dapat menjadi motivasi bagi manusia dalam melakukan tindakan.
Dalam pengkategoriannya Albrecht,et al. (2012),
membagi pressure ke dalam 4 kelompok yaitu:
§
financial pressures
§
vice pressures
§
work-related pressures
§
other pressures
Kebanyakan fraud melibatkan financial pressures maupun vice pressures.
Vice pressures erat kaitannya
dengan financial pressures, tetapi
motivasi akan kebutuhan keuangan tersebut didasari atas tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan moralitas yang ada seperti perjudian, kecanduan narkoba,
berbeda dengan financial pressures yang
umumnya didasari pada utang yang banyak, pendapatan yang rendah, dan kebutuhan
finansial yang tidak terduga.
c. Rationalization
Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan bahwa faktor ketiga terjadinya
sebuah fraud adalah rasionalisasi. Secara garis besar rasionalisasi dapat
diartikan sebagai tindakan yang mencari alasan pembenaran oleh orang-orang yang
merasa dirinya terjebak dalam suatu keadaan yang buruk. Pelaku akan mencari
alasan untuk membenarkan kejahatan untuk dirinya agar tindakan yang sudah
dilakukannya dapat diterima oleh masyarakat.
Berikut beberapa
alasan rasionalisasi yang biasa digunakan seseorang (Albercht et al., 2011;
Dellaportas, 2013) :
§
Organisasi berhutang pada
saya
§
Saya hanya meminjam uang
tersebut, nanti akan saya kembalikan
§
Tidak ada pihak yang
dirugikan
§
Saya memiliki hak yang
lebih besar
§
Kita akan memperbaiki
keuangan selama kita hanya mendapatkan masalah
§
Ini untuk tujuan yang baik
§
Semua memperoleh kekayaan,
mengapa saya tidak
§
Perusahaan memperbolehkan
hal ini
§
Ini bukanlah masalah yang
serius
§
Di sini tidak terdapat
internal control yang kuat jadi saya ingin menunjukan pada mereka bahwa ini dapat mudah dilakukan
§
Saya ingin meningkatkan
taraf hidup daya
§
Mereka tidak memperlakukan
saya dengan hormat, jadi saya ingin memperolehnya
2. The Fraud Scale
Menurut teori
Fraud Scale ini, penyebab terjadinya fraud sama dengan teori fraud triangle.
Dan teori scale ini merupakan teori lanjutan dari teori Fraud Triangle yang
merupakan pengukuran dari teori tersebut. Dalam scale dijelaskan bahwa
kemungkinan tindakan penipuan dapat dinilai dengan mengevaluasi kekuatan
tekanan, kesempatan dan integritas pribadi. Tekanan yang tinggi, kesempatan
besar dan integritas pribadi rendah memungkinkan resiko terjadinya fraud
tinggi. Sebaliknya tekanan yang rendah, kesempatan kecil, dan integritas
pribadi tinggi menyebabkan resiko terjadinya fraud rendah. Tujuan teori ini
adalah untuk mengukur kemungkinan pelanggaran etika, kepercayaan dan tanggung
jawab.Teori ini berlaku untuk beberapa pelanggaran salah satunya pelanggaran
yang mengarah ke penipuan laporan keuangan. Sumber Tekanan menurut teori ini
adalah perkiraan penjualan, laba manajemen.
3. Fraud Diamond
Fraud Diamond
merupakan teori yang menjelaskan bahwa sifat-sifat dan kemampuan individu
memainkan peran utama menjadi alasan terjadinya fraud. Banyak
kecurangan-kecurangan besar tidak akan terjadi tanpa orang-orang yang memiliki
kemampaun individu/capability. Walaupun peluang/opportunity membuka jalan untuk
melakukan fraud dan insentif dan rasionalisasi dapat menarik orang ke arah itu
tapi seseorang harus memiliki kemampuan untuk melihat celah melakukan fraud
sebagai kesempatan dan untuk mengambil keuntungan dari itu, tidak hanya sekali,
tetapi terus menerus. Dengan demikian, fraud itu terjadi karena adanya
kesempatan untuk melakukannya, tekanan dan rasionalisasi yang membuat orang mau
melakukannya dan kemampuan individu. Dalam teori fraud diamond terdapat 4
faktor yaitu :
a.
Incentive
Incentive
merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya tuntutan atau tekanan yang
dihadapi oleh seseorang. Incentive dapat memicu terjadinya kecurangan seperti
keserakahan yang mengakibatkan tekanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b.
Opportunity
Opportunity
adalah suatu kesempatan yang timbul karena terdapat kelemahan pengendalian
internal organisasi atau perusahaan dalam pencegahan dan pendeteksian
kecurangan. Oppurtunity dapat terjadi karena adanya kekuasaan terhadap
organisasi dan juga karena seorang fraudster atau orang-orang yang melakukan kecurangan
mengetahui kelemahan dari system-sistem yang ada.
c.
Rationalization
Rationalization
adalah kondisi dimana fraudster atau pelaku kecurangan mencari suatu pembenaran
terhadap tindakan yang dilakukannya untuk memperoleh kekayaan dengan cara yang
cepat.
d.
Capability
Capability merupakan suatu kemampuan dan keterampilan
tentang pemahaman yang mendetail sehingga seorang fraudster atau pelaku
kecurangan dapat mengetahui kelemahan dan dapat memanfaatkannya untuk melakukan
fraud atau kecurangan. Capability dapat mengakibatkan ancaman karena pelaku
didalam organisasi merupakan orang yang memiliki kekuasaan atau didalam posisi
lini manjamen, serta memiliki kecerdasan serta pemahaman tentang sistem didalam
organisasi tersebut. Pelaku tersebut disebut sebagai suatu tindakan kejahatan
kerah putih atau white collar crime karena kecurangan jenis ini mempunyai
ancaman yang sangat besar dan sangat signifikan terhadap organisasi yang
bersangkutan
4. GONE Theory
Teori Gone merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun 1999. Dalam teori ini terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya fraud, yaitu :
a.
Greed (keserakahan), berkaitan dengan
keserakahan potensial.
b.
Opportunity (Kesempatan), berkaitan dengan
keadaan dalam organisasi yang terbuka sehingga dapat membuka kesempatan untuk melakukan kecurangan.
c.
Need (Kebutuhan), adalah suatu tuntutan
kebutuhan individu yang harus terpenuhi.
d.
Exposure (Pengungkapan), adalah berkaitan dengan kemungkinan diungkapkannya serta
sanksi hukum yang menjerat.
Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa menurut teori Gone kecurangan dapat terjadi dikarenakan
adanya keserakahan didalam kekuasaan, adanya peluang untuk melakukan
kecurangan, serta karena dihimpit oleh tuntutan hidup, baik berupa tuntutan
primer seperti keluarga individu, maupun karena gengsi. Di Indonesia sendiri
hukum yang mengatur mengenai kecurangan telah diatur, namun di dalam pelaksanaannya
masih banyak berbenturan dengan etika yang sepantasnya tidak dapat
dilanggar.
5. Fraud Pentagon
Penelitian
terbaru dilakukan oleh Crowe pada tahun 2011. Teori ini merupakan perluasan dari teori Triangle dan dua faktor yang
lainnya. Menurut Crowe, fraud timbul karena ada lima faktor, yaitu Pressure
(tekanan), Opportunity (kesempatan), Rationalization (rasionalisasi),
Competence (kompetensi), dan Arrogance (arogansi). Untuk faktor pressure,
oppurtunity dan rasionalization sama dengan teori triangle yaitu masing masing
karena seseorang mempunyai tekanan sehingga terdapat dorongan untuk melakukan
fraud, seseorang mempunyai kesempatan untuk melakukan fraud karena lemahnya
pengawasan, dan seseorang mencari pembenaran atas tindakan fraud tersebut. Selanjutnya dua faktor yang lain yaitu Competence
(kompetensi), dan Arrogance (arogansi). Competence (kompetensi) serupa
dengan kemampuan atau kapabilitas (capability) yang dijelaskan dalam teori
diamond. Competence (kompetensi) merupakan kemampuan karyawan untuk mengabaikan
pengawasan internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengontrol
situsi sosial untuk keuntungan pribadinya (Crowe, 2011). Sedangkan untuk faktor
arrogance (arogansi) yaitu sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa
bahwa pengawasan internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk
dirinya.
6. MICE Theory
Diskusi terbaru
menunjukkan bahwa motivasi dari pelaku fraud dapat lebih tepat diperluas dan
diidentifikasi dengan singkatan M.I.C.E. (Kranacher et. Al. 2011): M: money, I:
ideology, C: coercion, dan E: ego (entitlement).
M-I-C-E memodifikasi sisi tekanan dari
Segitiga Fraud, karena menyediakan kumpulan perkembangan motivasi dari tekanan
keuangan non-shareable. Uang dan ego tampaknya merupakan motivasi umum untuk
fraud. Sejarah kasus Madoff, Stanford, Enron, WorldCom, Adelphia, Phar-Mor, dan
ZZZZ memberikan contoh terbaik di mana pelaku yang dihukum tampaknya dimotivasi
oleh ego atau hak, serta uang.
Ideologi mungkin motivasi yang kurang
sering menjadi dasar kejahatan kerah putih. Dari perspektif etika, dengan
ideologi, tujuan membenarkan maksud. Pelaku mencuri uang atau berpartisipasi
dalam tindakan fraud atau kejahatan keuangan menggunakan argumen bahwa mereka
mencapai beberapa dirasakan baik lebih besar.
Pemaksaan menggambarkan kondisi di mana
seorang individu tidak bersedia, tapi tetap dipaksa berpartisipasi dalam skema
penipuan. Sebagai contoh, mengacu lagi untuk kasus Walmart-Coughlin, Patsy
Stephens menggugat Thomas Coughlin mengklaim bahwa ia dipaksa mengirimkan
voucher dan pencucian uang melalui rekening bank sendiri (Putih 2008). Demikian
pula, Betty Vinson, seorang terpidana WorldCom tingkat menengah akuntan,
melaporkan bahwa ia diperintahkan untuk membuat entri akuntansi palsu (Pulliam
2003).
Sebagai perangkat
pengajaran dan alat penelitian untuk mengidentifikasi motivator, modifikasi
kebutuhan keuangan non-sharable yang dijelaskan oleh Cressey (1950), M.I.C.E.
mudah diingat dan menyediakan kerangka kerja yang diperluas untuk memeriksa
tekanan. Konsisten dengan Ramamoorthy et al. (2009), konstruk teori ini
mengingatkan instruktur dan siswa bahwa motivasi merupaka seusatu yang
kompleks. M.I.C.E. juga menunjukkan untuk kemungkinan kolusi yang secara teknis
dalam komponen kebutuhan keuangan non-sharable Cressey ini tidak.
sumber: